Tujuan instruksional Umum
Memahami kejadian distosia bahu dan tindakan yang diperlukan untuk pertolongannya agar dapat mencegah morbiditas perinatal.
Tujuan Instruksianal khusus
1. Mengerti mekanisme kejadian distosia bahu
2. Mampu mengantisipasi risiko kejadian distosia bahu dalam pertolongan persalinan
3. Mengerti pentingnya mengomunikasikan risiko komplikasi akibat distosia bahu
4. Mengerti cara menegakkan kejadian distosia bahu
5. Menjelaskan prosedur untuk pertolongan distosia bahu
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak dapat didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2 -0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu didefenisikan sebagai jarak waktu antara lahrnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu mmasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang sakrum atau sekitar spina iskhiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dan foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat bertahanpromontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis.
KOMLIKASI
Komlikasi distosia bahu pada janin adalah fraktur tulang(klavikula dan humerus) cedera fleksus brakhialis, dan hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen diotak. Dislokasi tulang servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan putaran pada kepala dan leher. Praktur tulang pada umumnya dapat sembuh sempurna tanpa sekuele, apabila didiagnosis dan terapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis dapat membaik dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat terjadi pada 50% kasus. Pada ibu, komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan akibat laserasi jalan lahir,episiotomi,ataupun atonia uteri.
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan dengan cara:
- Tawarkan untuk dilakukan bedah cesar pada persalinan vaginal beresiko tnggi: janin luar biasa besar (>5 kg),janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya
- Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
- Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
- Kenali adanya distosia seawal mungkin
- Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui
DIAGNOSIS
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya?
· Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
· Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan kencang
· Dagu tertarik dan menekan perinium
· Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan dikranial simfisis pubis
Begitu distosia bahu dikenali maka prosedur tindakan untuk menolongnya harus segera dilakukan
PENANGAN
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, sehingga bersegeralah minta bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum memastikan bahwa bahy posterior sudah masuk ke panggul. Bahu posterior yang eblum melewati pintu atas panggul akan semakin sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, atau posisi dada lutut.
SUMBER
Prawirohardjo,Sarwono.ILMU KEBIDANAN.PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009.Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar